Discussion on formative years of Earliest Christianity How Jesus conflicted with the Pharisees, and five virtues originally taught by Jesus the Messiah Section Special Report
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Diketahui bahwa terdapat dinamika yang kompleks dalam gerakan
Kekristenan paling awal pada abad ke-1 dan ke-2 Masehi, yang telah
dibahas dalam berbagai buku dan kajian. Misalnya, frasa yang digunakan
James Dunn tentang "kesatuan dalam keberagaman" merangkum berbagai peristiwa tersebut dalam prinsip penting ini, seperti yang telah penulis bahas dalam artikel sebelumnya di IJT (Christianto, IJT, 2014).1 Data-data tersebut menunjukkan bahwa gereja-gereja dapat bersatu sekalipun beragam dalam ungkapan pengalaman religius, selama gereja tersebut didasarkan pada komitmen yang teguh terhadap Injil dan kemauan untuk terlibat dalam dialog yang penuh rasa hormat. Jika menilik dekade-dekade awal tersebut di masa lalu, ke masa pelayanan-Nya sebelum kenaikanNya, terdapat semacam konsensus di antara para peneliti Gereja mula-mula bahwa terdapat suatu konflik yang kian menguat khususnya antara Yesus dan orang-orang Farisi, misalnya yang tercatat dalam Injil Yohanes, dalam pernyataan lugas Yesus: “Sebelum Abraham ada, Aku ada.” Kami juga membahas sedikit tentang penafsiran ulang yang masuk akal dari gagasan F.C. Baur tentang Kekristenan Petrine yang diduga berkonflik dengan Kekristenan Gentile dalam hipotesisnya tentang kemungkinan perkembangan historis dialektis dalam Kekristenan abad pertama. Namun demikian, penulis tidak sependapat bahwa sepeninggal Yesus Kristus, terdapat konflik antara Petrine Christianity dan Pauline Christianity, sebaliknya yang dihadapi oleh para murid Yesus boleh dikatakan persis sama dengan tekanan-tekanan yang dialami Yesus sendiri dari orang-orang Farisi, sekalipun sebagian di antara mereka telah menjadi Kristen, yang dimulai dari peristiwa yang terjadi pada gereja Antiokhia yang kemudian mengarah pada Konsili pertama di Yerusalem sebagaimana dapat kita baca
dalam Kisah Para Rasul 15. Sebagai suatu studi kasus, penulis menyajikan
lima kaidah utama yang diajarkan Yesus, termasuk pengajaran tentang
forgiveness yang dikontraskan dengan salah satu pengajaran dari Taurat
Musa.